CITA CITA di
masa KECILKU
Dipagi hari yang sedikit mendung, suara Ibu terdenger cukup
kencang membangunkan saya dari mimpi indah, “ Iiiiiiit, banguuun hari sudah
siang, kamu mau sekolah atau tidak???”, teriak Ibu saya dari dapur yang sedang
memasak. Dengan membuka mata dengan rasa yang sangat berat saya memaksakan diri
untuk bangun dari tempat tidur sambil menarik handuk dari sebelah kamar mandi. Air hangat sudah
siap didalam kamar mandi, yang disebelah kamar mandi terdapat kompor dari tanah liat terbakar
dengan kayu yang mengepul, mengeluarkan banyak asap sampai mata saya terasa
pedih. Badan saya terasa hangat dengan kucuran air hangat sampai tidak ingin beranjak dari kamar mandi. Dan teriakan
Ibu saya pun terdengar sekali lagi, “ Itaaaa, kamu itu mandi apa tertidur ?”. Saya
pun menjawab “ sebentar buuu, masih sikat gigi ( padahal saya masih berendam
dalam bak mandi)”. Lalu saya pun bergegas untuk segera keluar kamar mandi, ganti
baju sekolah dibantu ibu saya untuk merapikannya dan di ruang tamu Nenek saya bersiap menyuapi saya dan adik adik
saya untuk sarapan pagi sebelum
berangkat sekolah. Jam dinding menunjukkan
06.30 saya pun bergegas berpamitan dan bersalaman untuk berangkat sekolah kepada Ibu dan Nenek,
tak lupa pula uang saku Rp. 100,00 di berikan Ibu saya, berlari dengan kencang
agar saya tidak terlambat bersama Heni teman saya yang selalu menemani, sampai di
sekolah saya pun menaruh tas di bangku kelas 1 dan lari ke lapangan untuk
persiapan kegiatan senam pagi. Bel senam pun terdengar semua siswa siap untuk
melakukan senam pagi di Lapangan pandu
oleh Guru Olah Raga tercinta Bapak Heri Wahyudi dengan sangat energik diikuti
oleh semua siswa mulai dari kelas 1 sampai dengan kelas 6, setelah selesai semua
siswa membentuk barisan yang di pimpin oleh ketua kelas untuk berbaris dan
masuk ke dalam kelas. Bu Tri adalah Guru saya waktu kelas 1, beliau orang yang
sangat sabar sekali dan penyayang dalam mengajar kami utamanya saya yang selalu
lama kalau menulis. Dan sesekali beliau menegur saya dengan kata yang sangat
lembut, “Nitaa, ayo segera menulis, teman yang lain sudah hampir selesai semua”,
saya pun menjawab “Baik, Bu Tri saya akan melanjutnya” dengan kepala tertunduk
malu saya pun melanjutkan kegiatan menulis saya.
Itu adalah kegiatan setiap pagi saat saya duduk di kelas 1 Sekolah
Dasar. Setiap berangkat sekolah dan pulang sekolah saya membayangkan jika nanti
besar menjadi seorang Guru yang bisa membimbing setiap siswa, dalam benaknya
ingin selalu jadi yang terbaik, semua itu bisa saya rasakan sejak saya berusia
6 tahun, secara sadar kita sudah punya harapan untuk bisa jadi yang terbaik di
masa depan. Masa kecil yang indah dan penuh dengan keceriaan dan tak luput pula
ada kesedihan dalam diri tatkala kita belajar tetapi tidak sesuai dengan apa
yang kita harapkan. Perjalanan panjang untuk meraih harapan itupun tidak semudah bayangan.
Saya adalah anak perempuan pertama dari 3 bersaudara yang
semuanya adalah laki laki, dibesarkan dari keluarga yang berkecukupan dan
selalu di didik untuk menjadi seorang yang kuat dan tidak mudah menyerah juga
harus bekerja keras untuk bisa menggapai apapun yang di harapkan. Sebagai anak
pertama saya harus bisa membuktikan diri bahwa bisa menjadi seorang yang bisa
di banggakan oleh kedua orang tua. Saya bukan termasuk anak yang berprestasi,
tetapi dalam diri saya selalu percaya bahwa saya bisa jadi yang terbaik, sesuai
dengan pandangan Allah SWT. Sedari kecil saya mengidolakan setiap guru yang
memberikan ilmunya, banyak sisi baiknya yang bisa saya ambil salah satunya
beliau beliau seorang penyabar dan juga penyayang. Dalam hati saya ingin
menjadi seperti para guru saya. Memang tidak semua guru memiliki kesabaran yang
tinggi, ada juga yang sebagian hanya asal menunaikan tugas saja. Maka dari
stulah saya bercita cita menjadi seorang Guru yang harus bisa menjadikan
seorang murid memiliki identitas diri menjadi seorang yang bahagia dan mandiri.
Setelah lulus dari bangku SD saya pun melanjutkan ke jenjang selanjutnya,
hingga saya memutuskan untuk mencari ilmu
di pesantren. Akhirnya di jenjang SMA saya menuntut Ilmu di Pesantren An - Naslikha di
Kota Singosari Malang yang di bimbing oleh Bu Nyai Hj. Naslikha dan didampimgi oleh Bu
Djunda Afida kami memanggilkan Bu Djun yang selalu saya ingat dalam doanya
beliau selalu memohon untuk santrinya amendaptkan Ilmu yang manfaat dan barokah,
3 tahun pun tidak terasa saya harus boyong dari pesantren untuk melanjutkan ke
jenjang yang lebih tinggi. Setelah lulus SMA saya memutuskan untuk melanjutkan
kuliah di kota Malang, ternyata sama Bapak saya tidak diizinkan dengan alasan takut
saya salah pergaulan di Kampus, dan yang saya ingat beliau berpesan kuliah
dimana pun itu sama saja yang terpenting adalah niatnya, karena saya masih
ngeyel untuk kuliah di Malang akhirnya Bapak saya agak naik darah dan memutuskan
untuk tidak membiayai saya jika masih mau kuliah di Malang. Dengan berat hati
akhirnya saya mengikuti kemauan Bapak untuk kuliah di daerah yang dekat dengan rumah,
kebetulan di wilayah saya ada Universitas yang baru saja berdiri yaitu
Universitas Yudharta Pasuruan.
Untuk mencari informasi Universitas tersebut saya pun di
antar Pak Lek saya dengan naik sepeda, ada beberapa jurusan yang di tawarkan
dan saya pun memutuskan untuk mengambil Jurusan teknik Informatika tujuannya
agar saya bisa jadi seorang sekertaris di sebuah perusahaan, dan sementara
harus mengubur mimpi saya untuk menjadi seorang guru. Setelah melakukan
pemenuhan kebutuhan administrasi dan menunggu kegiatan perkuliahan dimulai,
saya masih mencari informasi teman teman saya yang sudah menemukan universitas
sesuai dengan harapannya. Dari situlah kadang saya sangat bersedih, tapi dari
pada saya tidak bisa mengenyam pendidikan di Universitas saya pasrah pada
keadaan. Waktu yang saya tunggu pun datang kegiatan ospek Mahasiswa baru pun dimulai sebagai proses
pembukaan kegiatan awal masuk kuliah, dalam waktu seminggu kita Mahasiswa Baru
di berikan materi materi dasar sebagai seorang Mahasiswa, bertemu dengan orang
orang baru dan harus menyesuaikan diri dengan lingkungan, dan saya bersyukur di
pertemukan dengan teman teman yang sangat baik. Dan tepat pada semester 2 saya
dapat informasi bahwa ada Universitas yang menyelenggarakan kuliah kelas jauh juruasan
Keguruan, akhirnya saya menyampaikan kepada Ibu saya dan beliau menyetujui untuk
kuliah tanpa sepengetahuan Bapak saya. Dalam hati saya sangat bersyukur sekali
memiliki seorang Ibu yang bisa memahami saya untuk mendukung cita cita anaknya,
karena di berikan kesempatan untuk bisa kuliah 2 jurusan sekaligus saya harus
bisa membagi waktu. Dan beruntungnya sekolah Keguruan tersebut di laksanakan di
hari Sabtu dan Minggu, jadi saya tidak ada kendala dalam membagi waktu kuliah.
Secara kebetulan saya di tawari teman saya untuk membantu mengajar di sekolah
yang baru saja didirikan di desanya yang wilayahnya cukup jauh dari jalan raya.
Menurut saya ini adalah kesempatan saya untuk bisa mengaplikasikan ilmu yang
saya peroleh untuk menambah pengalaman. Saya pun menerima tawaran tersebut dan
tidak melihat besaran upah yang nantinya saya terima, dengan hati yang ikhlas
saya berniat membantu untuk memajukan pendidikan di sekolah yang baru di
dirikan. Waktu itu kegiatan perkuliahan yang jurusan Teknik Informatika di laksanakan
pada siang hari jadi saya bisa mengambil kesempatan tersebut untuk mengajar di
pagi hari, itu merupakan pertimbangan saya untuk menerimannya, dan sekali lagi
saya sampaikan rencana saya kepada Ibu saya, dan saya sangat bersyukur beliau
sangat mendukung saya dan bersedia membantu saya untuk memberikan transport
dalam mengajar, karena memang jaraknya cukup jauh dari rumah. Dan dihari yang
saya tunggu tunggu saya pun akan menjadi seorang guru walaupun saat itu saya
harus mengajar olah raga, bagi saya tidak jadi masalah yang penting saya bisa menjadi apa yang selama ini saya
harapkan, dan akhirnya lambat laun saya pun di percayai untuk menjadi wali kelas di kelas 2, walaupun siswanya tidak terlalu
banyak tapi saya sangat bangga bisa menjadi seorang Guru yang bisa mendampingi
siswa dalam mencari Ilmu, dan di tahun selanjutnya saya diberikan amanah untuk
mengajar di kelas VI, disinilah saya harus selalu berinovasi dalam menyediakan media
pembelajaran di kelas karena sekolah saya termasuk sekolah di desa yang minim
alat peraga atau media. Bersyukur sekali siswa siswi saya sangat antusia
belajar walaupun mereka tinggal di desa, bisa mengantarkan para siswa untuk
jadi siswa yang memiliki cita cita yang tinggi dan tidak mudah menyerah merupakan
suatu kebanggaan tersendiri yang tidak ada bandingannya.
Dan tanpa terasa saya di tahun 2005 saya lulus kuliah D2 Pendidikan
Guru Sekolah Dasar Universitas Kanjuruhan Malang, dengan melalui pendidikan ini
saya berharap bisa menerapkan Ilmu yang sudah saya peroleh untuk bisa memajukan
pendidikan di Indonesia utamanya di daerah saya, pada saat akan wisuda saya pun
memberanikan diri untuk menyampaikan kepada Bapak saya karena kedua orang tua
harus datang di acara tersebut, dengan cukup tenang Bapak saya menjawab akan
mengantarkan saya pada saat wisuda. Bersyukur sekali Bapak tidak marah, mungkin
saja sama Ibu saya sudah diberi tahu terlebih dahulu. Bapak saya seorang sopir yang
mengirimkan minyak tanah, beliau orang yang sangat keras kepada dan sangat
jarang berada di rumah, jadi komunikasi dengan beliau sangat jarang saya
lakukan, jika tidak mendesak. Tepat di hari Minggu saya akhirnya menerima Ijazah
dengan gelar Ahli Muda Pendidik atau A.Ma.Pd dengan gelar yang tersemat
tersebut saya sangat bersyukur bisa meraih cita cita yang sesuia dengan harapan.
Dan setelah itu saya pun melanjutkan untuk mengambil kuliah S1 untuk
menyempurnakan kuliah yang saya ampu. Walaupun gaji seorang guru yang masih
berstatus honorer sangat kecil tapi bagi saya menjadi seorang guru merupakan suatu
kebanggaan tersendiri agar bisa menyalurkan ilmu yang saya miliki sehingga
bermanfaat bagi orang lain seperti harapan Bu Nyai saya. Panggilan dari dalam
diri untuk menjadi seorang guru bukanlah hal yang muda, kita harus bisa menjadi
orang yang tidak mudah menyerah dan selalu diiringi doa dalam setiap langkah,
rasa percaya diri yang tinggi dan berani mengambil tindakan yang kadang di luar
kemampuan bisa menjadikan kita lebih baik.
Dalam menenpuh pendidikan S1 saya sudah dikarunai 2 orang
anak yang sangat cantik dan sangat tampan, mereka menjadi penyemangat saya
dalam melalui tahapan. Tidak ada rasa kesulitan selama kita melakukan dengan hati
yang ikhlas. Dan akhirnya saya menyelesaikan pendidikan S1 Pendidikan Guru
Sekolah Dasar dan memiliki gelar S.Pd dan saya mengorbankan pendidikan Teknik
Informatika, hidup merupakan pilihan selama
kita bisa bermanfaat untuk orang lain pasti Allah SWT memberikan kebaikan pula
dalam sebuah pahala. Dan di tahun 2011 saya harus pindah ke sekolah yang lebih
dekat dengan rumah karena anak anak saya juga harus sekolah.
Kita harus selalu percaya bahwa dalam setiap masalah yang
kita hadapi merupakan hal yang terbaik bagi kita untuk bisa jadi lebih baik dari
sebelumnya. Berlari meraih harapan dan impian jadi salah satu motivasi diri
untuk membuktikan kemampuan dan potensi yang ada dalam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar